Alasan korban I Wayan Agus Suartama Tidak Melapor
I Wayan Agus Suartama sebuah nama yang sangat mengejutkan, Agus seorang disabilitas tidak mempunyai tangan menjadi pelaku pelecehan seksual. Tak main-main loh, korbanya sampe 19 orang dari beberapa media yang saya baca. Tapi sebelum kita lanjut, saya disclaimer terlebih dahulu kalau artikel ini hanya sebatas opini dari penulis, kalaupun ada yang salah mohon lah di maklumi.
Mengingat Agus suarta tidak mempunyai kedua tangan nya sejak lahir, saya jadi bertanya-tanya bagaimana bisa. Awalnya saya tidak percaha akan hal tersebut, saya menyangka kalau AGUS menjadi korban dari salah hukum atau fitnah semata.
Namun bukti-bukti baru yang muncul ke permukaan justru jadi meyakinkan. Berdasarkan informasi yang aku baca, agus memanipulasi korbanya dengan menggunakan pendekatan phisikologis. Memang di akui, agus memanfaatkan kondisinya yang difabilitas, mungkin dapat membuat banyak perempuan lebih menghargai nya.
Sayang nya agus justru memanfaatkan kekuranganya itu. Sebuah media dari kanal youtube berisi sebuah percakapan dari kerabat dekat AGUS yang berasal dari komunitas difabilitas, dari sana bisa di peroleh kesimpulan kalau agus memang bertindak seperti seorang yang suka bertanya, menggali banyak informasi dari para korbanya.
Mungkin begini konspnya, awal-awal agus memmanfaatkan dirinya yang di fabel agar dapat di hargai oleh seorang perempuan. Ketika di hargai untuk mendapatkan kesempatan seperti mengobrol bersama AGUS malah justru diduga menggali informasi seputar perempuan tersebut, terutama tentang pasangan.
Agus mungkin bertanya pernah punya pacar nggak, cerita gimana pengalaman gimana. Sebagai seorang difaberl agus bisa saja menjual sebuah kesedihan untuk mendapatkan posisi ngorbol yang dari hati ke hati, setelah masuk ke dalam masalah korban.
Maka dengan mudah untuk menggali informasi mengenai kroban, mungkin sebelumnya pernah bertanya rumah nya di mana, tinggal di mana, kehidupan seperti apa, pekerjaan apa punya kesulitan seperti apa sambil berbagi kehidupan. Lalu perlahan masuk ke ranah pribadi yaitu pacaran.
Ketika pertanyaan pacaran mungkin agus lihai mempertanyakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan badan dengan sang kekasih atau tidak. Karena sudah ngobrol, nyaman, dari hati ke hati korban bisa lebih nyaman, bahkan ikut dalam suatu permainan yang di lakukan oleh AGUS.
Mulai sama-sama percaya, dana gus membawa perempuan tersebut untuk jalan jalan atau alasan lain ke HomeStay yang berada di kawasan sekitar kampus udayana. Entah modus apa yang di gunakan oleh agus, mungkin minta bantu tolong di antar ke rumah atau bagaimana yang menyebabkan korban masuk ke dalam jebakan kedua.
Setelah korban masuk ke dalam jebakan kedua agus dengan gampang untuk memanipulasi korban, meminta bukakan pakaian dan melakukan tindakan pengancaman lainya. Seperti menyebarkan informasi bahwa korban pernah berhubungan badan dengan pacarnya kepada orang tua korban, dalam posisi tertekan tentu saja korban akan menuruti kemauan agus.
Bahkan tekanan itu bisa di lakukan berkali-kali seperti halnya yang di katakan oleh salah satu narasumber TV One ( Pengacara Korban ), jika berteriak korban akan di nikahkan dengan pelaku ( agus itu sendiri ).
Trauma yang di alami oleh korban sangatlah kuat, di sisi lain mereka mendapatkan tekanan, harus melakukan apa yang di minta, di sisi lain ketika teriak mereka ketakutan akan di laporkan di sebarkan dan di nikahkan dengan seorang yang disabilitas.
Korban mungkin kebingungan mau melaporkan karena malu. karena bagaimanapun tidak ada orang yang percaya bahwa seorang cewek dapat di perkaos oleh disabilitas kecuali atas dasar suka sama suka. Korban mengalami tekanan yang 2x lipat, yaitu mulai dari berperkara dengan AGUS karena sudah melakukan tindakan hubungan badan, dan juga takut informasi nya di sebar luaskan tentang pernah berhubungan dengan mantan pacar.
Teknik manipulasi phisikologis memang sulit di nalar bagi seorang yang tidak biasa, namun bagi seorang yang sering berpacaran apalagi playboy teknik ini lah yang paling banyak mereka gunakan.
Mencari pendekatan/berkenalan dengan lawan jenis dengan cara hati ke hati, bercerita, berbagi masalah atau lainya yang dapat menimbulkan suatu hubungan atau keterkaitdan saling mengenal satu sama lain. Tapi satu hal yang bikin saya tergelitik adalah korban ini merupakan seorang yang pernah berpacaran dan pernah melakukan hubungan badan.
Seperti yang kita ketahui hubungan badan dapat membuat seorang menjadi ketagihan, tidak mungkin jika pernah melakukan hanya melakukanya 1x saja sudah pasti beberapa kali. Yang bikin menggelitik adalah perasaan suka - sama suka dari korban yang membuat tekanan itu muncul secara tersendiri nya.
Karena korban juga suka melakukan hal tersebut jadi mengikuti apa yang di harapkan oleh AGUS. Mengingat beberapa tindakan yang tidak bisa di lakukan oleh AGUS yakni membuka bajunya sendiri, tentu saja tidak bisa meskipun menggunakan kaki sekalipun.
Dugaan mungkin antara korban dan pelaku saling menikmati, yang membuat banyak korban memilih untuk diam tidak melaporkan ke pihak berwajib. Malu sendiri lah ketika melaporkan hal ini, selain masalahnya akan jadi lebih besar, masa depan korban juga jadi taruhan. Nggak mungkin ada yang mau di nikahkan apalagi masa lalu nya terungkit kembali yang merusak masa depan mereka.
Sampai saat ini masih belum ada kejelasan terkait AGUS IWAS, kisah agus kini makin banyak aja di media sosial. Banyak orang tak menyangka dan tak habis fikir bagaimana bisa seorang cacat yang tidak mempunyai tangan kok bisa melakukan tindakan asusila terhadap orang lain. Korban nya juga bukan cuma anak kecil, akan tetapi umur 20 - 25 tahun.